Daemon proses adalah proses yang
bekerja pada background karena tidak memiliki
terminal pengontrol. Dalam sistem operasi Windows lebih dikenal dengan sebutan
service.
Daemon adalah proses yang didesain agar proses tidak mendapatkan intervensi
dari user.
Daemon biasanya bekerja untuk jangka waktu yang sangat lama dan bertugas
“mendengarkan” request dan menjalankan responsnya. Contoh dari daemon ini
misalnya
adalah Apache Web Server HTTP daemon. Daemon ini bekerja pada background dan
mendengarkan request HTTP pada port tertentu (biasanya 80 atau 8080) dan
memberikan
respon terhadap request tersebut, berdasarkan tipe dari request.
ciri-ciri daemon yang membedakan dari proses lainnya
- Tidak memiliki parent process ID
- Tidak memiliki terminal pengontrol baik STDOUT,
STDIN, maupun STDERR
- Berjalan dalam previlege super user.
Cara memebuat
daemon
1. Forking dan Pembunuhan
Proses Induk
Langkah pertama dalam pembuatan
daemon adalah menspawn proses menjadi induk
dan anak dengan melakukan forking, kemudian mematikan proses induk. Proses induk
yang mati akan membuat sistem operasi mengira bahwa proses telah selesai sehingga
akan kembali ke terminal user. Dari langkah ini kita telah mendapatkan satu proses yang
hampir bekerja di background, yaitu proses anak yang melanjutkan program setelah kita
membunuh induknya.
dan anak dengan melakukan forking, kemudian mematikan proses induk. Proses induk
yang mati akan membuat sistem operasi mengira bahwa proses telah selesai sehingga
akan kembali ke terminal user. Dari langkah ini kita telah mendapatkan satu proses yang
hampir bekerja di background, yaitu proses anak yang melanjutkan program setelah kita
membunuh induknya.
2. Membuat
Proses Bekerja Secara Independen
Daemon harus bekerja secara independen dari proses
lain, termasuk proses yang
menjalankannya. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara memanggil fungsi setsid(),
sehingga proses akan mendapatkan session ID yang baru.
menjalankannya. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara memanggil fungsi setsid(),
sehingga proses akan mendapatkan session ID yang baru.
3. Menutup
Standard I/O Descriptor yang diwarisi
Standard I/O descriptor dan descriptor yang diwarisi dari proses induk harus ditutup untuk
mencegah intervensi dari user serta untuk pengamanan. Ada tiga jenis standar I/O
descriptor, yaitu standard input (STDIN), standard output (STDOUT), dan standard error
(STDERR).
4. Melakukan
Masking pada File Creation
Sebagian besar daemon bekerja dalam previlege super user. Untuk alasan keamanan,
daemon harus memproteksi setiap file yang dibuat. Fungsi umask() akan mencegah file
previleges yang tidak aman dalam setiap pembuatan file. Misalnya: 2
umask (027) akan membatasi mode pembuatan file ke 750 (komplemen dari 027).
5. Running
Directory
Direktori kerja suatu daemon harus berada pada
direktori yang selalu hidup. Bisa saja
pada saat starting, working directory berada pada user home. Karena daemon bekerja
hingga sistem reboot, maka file system user directory tidak akan pernah bisa di unmount.
pada saat starting, working directory berada pada user home. Karena daemon bekerja
hingga sistem reboot, maka file system user directory tidak akan pernah bisa di unmount.
6. Mendengarkan
Signal
Tugas utama dari sebuah daemon sebenarnya adalah
mendengarkan request. Maka di
dalam daemon harus terdapat pendengar signal yang akan merespon ketika daemon
dikirimi signal tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan memanggil fungsi signal() untuk
mengintall sebuah signal listener. Perlu diketahui bahwa signal 15 (SIGTERM) dan signal
9 (SIGKILL) tidak dapat ditangkap oleh signal handler.
dalam daemon harus terdapat pendengar signal yang akan merespon ketika daemon
dikirimi signal tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan memanggil fungsi signal() untuk
mengintall sebuah signal listener. Perlu diketahui bahwa signal 15 (SIGTERM) dan signal
9 (SIGKILL) tidak dapat ditangkap oleh signal handler.
7. Logging
Karena daemon tidak memiliki
terminal pengontrol, maka satu-satunya cara untuk
mengetahui apa yang terjadi dengan daemon tersebut adalah dengan logging. Logging
digunakan untuk menulis suatu pesan dari daemon atau untuk mendebug kesalahan
yang terjadi. Logging harus banyak dilakukan oleh daemon untuk menyediakan informasi
sebaik-baiknya baik bagi user maupun programmer.
mengetahui apa yang terjadi dengan daemon tersebut adalah dengan logging. Logging
digunakan untuk menulis suatu pesan dari daemon atau untuk mendebug kesalahan
yang terjadi. Logging harus banyak dilakukan oleh daemon untuk menyediakan informasi
sebaik-baiknya baik bagi user maupun programmer.
Ada beberapa cara untuk melakukan logging, antara lain:
- Metode Log File:
Semua pesan ditulis ke dalam file
tertentu yang diatur d alam file konfigurasi daemon
tersebut. Kita dapat melakukannya dengan memanggil fungsi fopen().
tersebut. Kita dapat melakukannya dengan memanggil fungsi fopen().
- Metode Log Server:
Sistem operasi UNIX dan keluarganya
memiliki daemon khusus yang digunakan
untuk logging yang dinamakan syslogd. Daemon ini mengelompokkan pesan-pesan
menjadi beberapa kelompok (disebut facility) dan kelompok-kelompok ini dapat
dikirim ke tempat-tempat yang berbeda, misalnya langsung dikirim ke sysadmin lewat
email, dikirimkan ke console terminal semua pengguna yang sedang logged in, atau
ditulis dalam suatu file logger. Konfigurasi dari daemon syslogd ini ditulis dalam file
/etc/syslog.conf.
untuk logging yang dinamakan syslogd. Daemon ini mengelompokkan pesan-pesan
menjadi beberapa kelompok (disebut facility) dan kelompok-kelompok ini dapat
dikirim ke tempat-tempat yang berbeda, misalnya langsung dikirim ke sysadmin lewat
email, dikirimkan ke console terminal semua pengguna yang sedang logged in, atau
ditulis dalam suatu file logger. Konfigurasi dari daemon syslogd ini ditulis dalam file
/etc/syslog.conf.
Nahh.. contoh programnya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
|
include <sys/types.h>
#include <sys/stat.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
#include <fcntl.h>
#include <errno.h>
#include <unistd.h>
#include <syslog.h>
#include <string.h>
#include <signal.h>
#include <termios.h>
void daemonize();
void working();
int main(void)
{
// Initialize the logging
interface
openlog(
"daemonlock", LOG_PID, LOG_LOCAL5 );
syslog( LOG_INFO,
"starting" );
daemonize();
working();
// Finish up
syslog( LOG_NOTICE,
"terminated" );
closelog();
exit(EXIT_SUCCESS);
}
void daemonize()
{
pid_t pid, sid;
pid = fork();
if (pid < 0)
{
syslog(LOG_ERR, "tidak bisa membuat proses anak");
exit(EXIT_FAILURE);
}
if (pid > 0)
{
syslog(LOG_INFO, "proses induk dibunuh");
exit(EXIT_SUCCESS);
}
umask(0);
sid = setsid();
if (sid < 0)
{
syslog(LOG_ERR, "tidak bisa membuat SID baru proses anak");
exit(EXIT_FAILURE);
}
if ((chdir("/")) < 0)
{
syslog(
LOG_ERR, "tidak bisa berpindah direktori ke %s, code %d (%s)",
"/",
errno, strerror(errno) );
exit(EXIT_FAILURE);
}
freopen(
"/dev/null", "r", stdin);
freopen(
"/dev/null", "w", stdout);
freopen(
"/dev/null", "w", stderr);
syslog(LOG_INFO,
"daemon berhasil diciptakan :)");
}
void working()
{
while(1)
{
sleep(1);
//
do what you want in here...
}
}
|
0 komentar:
Posting Komentar